Kamis, 14 Maret 2019

Pengaruh Rendaman Air Hangat Dengan Garam Pada Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia


Pengaruh Rendaman Air Hangat Dengan Garam Pada Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia



Latar belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan medis dimana ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadilah resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh darah, kemudian meningkatkan kerja jantung agar bekerja lebih maksimal untuk memompa darah melalui pembuluh darah arteri yang sempit. Jika keadaan seperti ini terus- menerus berlangsung akan menyebabkan pembuluh darah dan jantung rusak. Hipertensi sering disebut sebagai silent   killer atau pembunuh diam-diam, hal ini dikarenakan hipertensi sering terjadi tanpa gejala. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg (Fauci. Et al, 2012). Peningkatan usia pada seseorang dapat menyebabkan beberapa perubahan fisiologis. Perubahan yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah perubahan fungsi systole dan diastole, yang terjadi khususnya pada lansia. Setelah usia 45-59 tahun, terjadi penebalam dinding arteri oleh zat kolagen pada lapisan otot akan menyebabkan penyempitan sehingga tekanan darah menjadi meningkat.(Setiawan IWA,Yunani, Kusyati E, 2014). WHO mengelompokkan batasan umur lansia menjadi 4 bagian yaitu middle age 45-59 tahun, elderly 60-74 tahun, old 75-90 tahun, very old di atas 90 tahun.

Data WHO tahun 2015 dari populasi dunia kira-kira 42% orang dewasa umur di atas 25 tahun dengan jumlah 1,2 milliar orang di diagnosa terjangkit hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam seiring perkembangan modernisasi di setiap Negara (WHO, 2015 dalam Wahyu Hidayat). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2015) sebesar 10,8% warga di seluruh penduduk Indonesia terkena hipertensi. Prevalensi tertinggi dari hipertensi umur lebih dari 18 tahun adalah Provinsi Sulawesi Utara (16,9%), di susul Kalimantan Selatan 13,9%, selanjutnya Yogyakarta (13,3%), dan Sulawesi Tengah (12,3%), Gorontalo (11,8%), Jawa Timur (10,8%), Kalimantan Tengah (10,7%), Jawa Barat (10,6%), dan Provinsi yang paling terendah terkena hipertensi dari seluruh Indonesia adalah Provinsi Papua dengan 4,8%. Pada Tahun 2015 jumlah data penderita hipertensi yang diperoleh di Provinsi Jawa Timur terdapat 398.000 jiwa. Pada Tahun 2015 jumlah penduduk di Bojonegoro dengan usia ≥ 15 tahun 866.340 orang yang dilakukan pengukuran tekanan darah sejumlah 19.730 (2,28%) dan mengalami hipertensi sebanyak 9.034 orang (45,79%) dengan rincian 3.680 laki-laki (50,10%) dan 5.354 (43.23%) perempuan (Profil Kesehatan,2015).

Hipertensi pada  lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi  sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas  untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk  stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007).

Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Hipertensi di antaranya, pertama meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam pengendalian Hipertensi dengan perilaku 'CERDIK'. Kedua meningkatkan pencegahan dan pengendalian Hipertensi berbasis masyarakat dengan 'Self Awareness' melalui pengukuran tekanan darah secara rutin. Ketiga, penguatan pelayanan kesehatan khususnya Hipertensi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti: meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatah Tingkat Pertama (FKTP), optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu pelayanan. Keempat Salah satu upaya pencegahan komplikasi Hipertensi khususnya Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di FKTP menggunakan Carta Prediksi Risiko yang di adopsi dari WHO.

Selain pengobatan dengan farmakologi terdapat juga terapi nonfarmakologi yaitu dengan cara menurunkan konsumsi alcohol berlebih, menghentikan konsumsi rokok, menurunkan asupan garam dan lemak, meningkatkan konsumsi sayur dan buah penurunan berat badan berlebihan, latihan fisik dan terapi alternatif komplementer “Hidroterapi” (Ilkafah, 2016). Hidroterapi disinyalir jika digunakan secara rutin dapat menurunkan tekanan darah. Jenis hidroterapi yang akan di gunakan dalam terapi ini yaitu merendam kaki dengan air hangat dan garam. Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar yang ke dua adalah faktor pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh serta memberikan efek relaksasi pada tubuh (Lalage,2015). Sedangkan garam krosok atau garam batu mengandung senyawa KCL (kalium chloride) yang berfungsi sebagai pengatur cairan intrasel sehingga mencegah penumpukan cairan, kalium merupakan mineral yang baik untuk menurunkan atau mengendalikan tekanan darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu keseimbangan cairan di dalam tubuh.

Tujuan umum :
Mengetahui adanya pengaruh rendaman air hangat dengan garam pada kaki terhadap penurunan tekanan darah pada lansia  
Tujuan khusus :

  • Mengidentifikasi adanya pengaruh rendaman air hangat dengan garam pada kaki di desa X
  • Mengidentifikasi penurunan tingkat hipertensi pada lansia di desa X
  • 3Menganalisis adanya pengrauh rendaman rendaman air hangat dengan garam pada kaki terhadap penurunan hipertensi pada lansia di desa X

Metode penelitian
1. Desain :
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan quasy eksperimental dengan rancangan One Group pre test – post test Design
2. Populasi :
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia  yang mengalami hipertensi di Desa X
Sampel :
Sample penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi yang peneliti temukan
A. Kriteria inklusi :
1). Bersedia menjadi responden
2). Lansia yang tinggal di Desa X
3). Lansia umur 45-59 tahun
4). Tidak cacat di bagian fisik kaki
5). Tidak ada luka DM
6). Lansia yang mempunyai TD >140/90 mmHg
7). Mampu berkomunikasi
8). Tidak tuna rungu
9). Bersedia menandatangani inform consent
B. Kriteria ekslusi :
1). Tidak bersedia menjadi responden
2). Cacat di bagian fisik kaki
3). Ada luka DM
4). Lansia yang mempunyai TD < 140/90 mmHg
5). Tidak bisa berkomunikasi
6). Tuna rungu
7). Tidak bersedia menandatangani inform consion

Teknik sampling :
Penelitian ini menggunakan teknik sampling berupa  metode non probability sampling dengan cara purposive sampling.

Judul riset :
Pengaruh Rendaman Air Hangat Dengan Garam Pada Kaki Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia middle age (45-59) di Desa X

Daftar pustaka :
Effendi, Ferry dan Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika.
Pradana, Yahya. Et al. 2017. Naskah Publikasi : Pengaruh Pemberian Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Pontianak: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Hidayat, A. Aziz alimul, 2008. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

0 komentar:

Posting Komentar

Gunakan Komentar Dengan Bijak